Ketika pohon terakhir ditebang, ketika sungai terakhir dikosongkan, ketika ikan terakhir ditangkap, Barulah manusia akan menyadari bahwa dia tidak dapat memakan uang. (Eric Weiner)
Tanggal 5 Juni setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Lingkungan Hidup Sedunia (World Environment Day). Peringatan ini jadi momentum bagi semua manusia di dunia agar mengingat kembali kondisi dan kesehatan alam tempat kita tinggal. Tanpa lingkungan hidup yang sehat, niscaya tidak akan ada kehidupan.
Mungkin masih banyak di antara kita yang belum mengetahui peringatan di tanggal 5 Juni ini. Hari Lingkungan Hidup Sedunia ditetapkan dalam sidang umum PBB tahun 1972 untuk menandai pembukaan Konferensi Lingkungan Hidup di Stockholm. Masalah lingkungan hidup menjadi perhatian serius negara-negara di dunia pada saat itu. Kabut asap, wabah penyakit dan limbah industri ketika itu sangat mengancam kesehatan lingkungan di berbagai belahan dunia.
Mengenai lingkungan hidup, ada banyak tafsir tentang gambaran lingkungan hidup yang sehat. Ada kelompok aktivis lingkungan hidup yang fokus pada advokasi kerusakan wilayah konservasi, ada pula kelompok yang menjaga kelestarian keanekaragaman hayati, ada pecinta binatang dan lain sebagainya. Siapapun boleh menafsirkan. Asal tujuannya untuk kelestarian lingkungan hidup, semua aktivitas boleh saja dilakukan.
Sialnya, dari semua kelompok yang mengatasnamakan lingkungan hidup, masih ada yang mencoba mencari peruntungan untuk kelompoknya sendiri. Alih-alih menjaga kesehatan khalayak, mereka justru mematikan penghidupan manusia lain. Ya, saya berbicara tentang kelompok anti rokok. Kelompok ini kerap mengkampanyekan bahaya rokok, menghimbau pengendalian tembakau dengan narasi kelestarian lingkungan hidup.
Dari kaca mata mereka (anti rokok), produk olahan tembakau berpengaruh pada kerusakan kualitas udara, mencemari kebersihan lingkungan dan beragam hal negatif lainnya. Mereka tidak mengetahui bahwa sampah sisa rokok pun bisa dimanfaatkan dan berkontribusi dalam upaya menjaga lingkungan hidup.
Adalah Yusuf, seniman Bank Sampah Nusantara, yang mampu menyulap tembakau sisa rokok menjadi sesuatu yang bernilai guna labih. Yusuf membuat berbagai lukisan dengan bahan limbah koran dan sisa tembakau dari puntung rokok. Karya-karyanya sudah dipamerkan di berbagai pameran dan dibanderol dengan harga yang tidak murah. Karyanya dihasilkan oleh puntung rokok yang Ia simpan sendiri.
Tak hanya Yusuf, tim peneliti RMIT University, Australia, meneliti filter putung rokok dan menemukan khasiatnya sebagai bahan campuran aspal untuk membantu pembangunan jalan. Pengujian yang mereka lakukan menunjukkan penggunaan campuran puntung rokok dapat mengurangi konduksi panas, yang pada gilirannya membantu mengurangi suhu panas di perkotaan.
Contoh-contoh tersebut jadi preseden baik untuk dicontoh oleh para perokok di dunia. Dengan kesadaran menjaga lingkungan hidup seperti Yusuf dan peneliti Australia, perokok bukan hanya berkontribusi bagi kelestarian lingkungan, tapi juga sekaligus membuktikan bahwa tuduhan pada para perokok selama ini salah.
- Merokok Di Rumah Sakit, Bolehkah? - 27 October 2022
- Sound Of Kretek, Wujud Cinta Bottlesmoker - 4 October 2022
- Membeli Rokok Itu Pengeluaran Mubazir? - 12 September 2022