Petani tembakau di negeri agraris Indonesia telah dianugerahi matahari sepanjang tahun. Anugerah inilah yang mendukung berbagai komoditas alam tumbuh dengan baik. Faktor ini pula salah satu yang disyukuri masyarakat tani.
Tembakau seperti juga tanaman semusim lainnya, memiliki karakter yang khas dan membutuhkan perawatan ekstra hati-hati. Terutama menyangkut kebutuhan air. Tanaman genus Nicotiana ini tidak membutuhkan banyak air. Ia dipastikan gagal tumbuh dengan baik bila debit air yang dibutuhkan melampaui kebutuhannya.
Tak heran, jika kemudian curah hujan yang tinggi menjadi faktor alam yang dapat merugikan. Dengan kata lain, salah satu tantangan yang dihadapi petani adalah curah hujan yang tinggi. Meski tembakau pantang menerima hujan yang berlebih, bukan berarti tembakau tidak membutuhkan asupan air.
Berdasar jadwal musim tanam, bulan Mei menjadi kesempatan para petani di Pamekasan untuk menanam tembakau. Seturut itu, pada pertengahan Mei kemarin, telah diketahui banyak benih tembakau yang sudah mulai ditanam di ladang-ladang milik masyarakat.
Namun kondisi itu hanya terlihat di beberapa kawasan Pamekasan saja. Tidak merata. Menurut sumber dari kalangan petani, pada tahun ini jumlah areal yang ditanami tembakau hanya sekitar 1400 hektar saja. Berbeda dari tahun sebelumnya yang mencapai 1500 hektar.
Cuaca cerah pada Mei tahun 2021 yang membuat ladang tembakau di Pamekasan cukup merata. Berbeda halnya di bulan Mei 2022, curah hujan sampai memasuki bulan Juni terbilang tidak menentu. Ini kondisi yang tentu saja tidak menguntungkan bagi petani. Terutama yang hidup dari sektor tembakau.
Kondisi ini sudah diprediksi oleh sejumlah pihak, bahwa pada tahun ini tidak banyak petani yang menanam tembakau lantaran cuaca yang tidak berpihak. Meski demikian, harapan untuk mendapatkan panen dan keuntungan dari tembakau masih ada di petani.
Terbukti dari beberapa areal yang terguyur intensitas hujan yang tinggi, para petani senantiasa optimis untuk melanjutkan penanaman benih tembakau lagi, hanya beberapa memang, dengan harapan pasca bulan Juni ini cuaca kembali cerah.
Harapan untuk tetap menanam dan mendapat keuntungan panen sudah menjadi satu keniscyaan bagi para petani. Mengingat, komoditas tembakau ini secara ekonomi jauh lebih menguntungkan dibanding dengan komoditas perkebunan lainnya.
Sebagaimana kita tahu, bicara soal tembakau selalu berkaitan dengan industri rokok. Banyak pabrikan rokok yang membeli hasil panen dari areal tembakau di Pamekasan. Kondisi geografis di Pulau Madura khususnya di Pamekasan memang cocok untuk ditanam tembakau.
Tidaklah keliru jika kemudian banyak industri hasil tembakau mengambilnya dari daerah tersebut. Luas lahan untuk menanam tanaman dengan bahasa latin nicotiana tabakum ini sekitar 29.000 hektar lebih, dengan produksi mencapai 20.000 ton lebih tiap tahun.
Ada sekitar 31.251 hektar lahan yang tersebar di 13 kecamatan di Pamekasan menjadi sentra penghasil tembakau. Selain itu, terdapat beberapa desa yang juga dikenal sebagai penghasil garam. Berada di Kecamatan Galis, Pandemawu, Tlabakan. Tak dipungkiri, dua komoditas ini yang menjadi andalan penghasilan masyarakat tani di Pamekasan.
Pada tahun 2020 yang lalu, tercatat ada tiga perusahaan rokok yang telah memborong hasil panen petani. Tahun tersebut menjadi tahun yang menggembirakan, faktor utamanya ya karena cuacanya lagi bagus. Agak jauh berbeda dengan nasib tembakau pada penanaman pertengahan Mei kemarin, petani terpaksa harus lebih ekstra perhatian.
Perlu diketahui lagi, tanaman yang dibutuhkan sebagai bahan baku pabrik rokok ini tidak hanya bergantung pada cuaca. Di sisi tata kelolanya juga membutuhkan pemberian pupuk dan perawatan secara berkala. Kandungan metabolit sekunder yang kaya juga membuatnya bermanfaat sebagai pestisida dan bahan baku obat.
Secara morfologi, seluruh unsur pada tanaman tembakau memiliki porsentase kandungan nikotin yang berbeda-beda. Kandungan nikotin pada bagian-bagian tumbuhan tembakau adalah sebagai berikut: Daun: 64%, Batang: 18%, Akar: 13%, Bunga: 5%. Daunnya yang memiliki kandungan dikotin di atas 50 persen ini yang terserap untuk kebutuhan industri rokok, dan memiliki nilai ekonomi tinggi.
Tidaklah mengherankan jika beberapa daerah di Indonesia, tanaman tembakau menjadi salah satu komoditas non pangan yang senantiasa diharapkan hasilnya. Sampai saat ini, dari daun tembakau itulah para petani mendapatkan penghasilan untuk menyejahterakan keluarganya.
Di tengah kondisi cuaca yang tidak menentu pun, keuntungan dari tembakau masih menjadi tumpuan para petani di sejumlah daerah. Telah dibahas oleh berbagai sumber bahwa ada sejumlah faktor yang mempengaruhi iklim dan cuaca yang tidak teratur.
Iklim berubah secara terus menerus dikemukan lantaran interaksi antara komponen-komponennya dan faktor eksternal seperti erupsi vulkanik, variasi sinar matahari, dan faktor-faktor disebabkan oleh kegiatan manusia seperti misalnya perubahan pengunaan lahan dan penggunaan bahan bakar fosil.
- Kesalahan Antirokok dalam Memandang Iklan Rokok dan Paparannya Terhadap Anak - 4 June 2024
- Pengendalian Tembakau di Indonesia dalam Dua Dekade - 3 June 2024
- HTTS Hanyalah Dalih WHO untuk Mengenalkan NRT - 31 May 2024
Leave a Reply